Minggu, 27 Februari 2011

KARYA ILMIAH

KARYA ILMIAH

Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca. Karya ilmiah disajikan secara objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa baku, serta didukung oleh fakta, teori, dan atau bukti-bukti empirik.

CIRI-CIRI KARYA ILMIAH

a. Struktur Sajian

Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

b. Komponen dan Substansi

Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

c. , Sikap Penulis

Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.

d. Penggunaan Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

SIKAP-SIKAP ILMIAH

Kurniadi (1988) dikutip dari pendapat M. O. Edward yang merumuskan perilaku kreatif sikap ilmiah dari kata-kata ide (gagasan) berikut :

I :Imagination (imajinasi).

D : Data (Fakta).

E : Evaluation (evaliuasi).

A : Action (tindakan).

Dalam penulisan karya ilmiah ada 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah adalah sebagai berikut :

a. Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.

b. Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.

c. Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.

d. Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.

e. Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.

f. Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.

g. Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.


MACAM-MACAM KARYA ILMIAH


a. Artikel ilmiah
Karya tulis yang dirancang untuk dimuat di jurnal atau buku kumpulan artikel, di tulis dengan tatacara ilmiah dan disesuaikan dengan konversi ilmiah yang berlaku. Artikel dapat dipilah menjadi dua (a) artikel hasil penelitian, dan (b) artikel nonpenelitian.

b. Makalah ilmiah
Karya tulis yang memuat hasil pemikiran tentang masalah
, di susun secara sistematis dan runtut dan disertai analisis yang logis dan objektif. Makalah dibedakan menjadi dua (a) makalah teknis, dan (b) makalah nonteknis.

c. Laporan penelitian
Karya tulis yang berisi paparan proses dan hasil penelitian.


KARYA TULIS NON ILMIAH


Karya non ilmiah sangat bervariasi topic dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum, ditulis berdasarkan fakta pribadi , umumnya bersifat subyektif, gaya bahasanya bias konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan popular.


CIRI-CIRI KARYA NON ILMIAH


a. Emotif

Kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.

b. Persuasi

penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.

c. Deskriptif

pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.

d. Kritik tanpa dukungan bukti.


MACAM-MACAM KARYA TULIS NON ILMIAH


a. Dongeng

Merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya.

b. Cerpen

Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.

c. Novel

Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita.

d. Drama

Adalah suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh actor.

e. Roman

Adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.

Sumber :

http://id.wikipedia.org

http://fpmipa.upi.edu/bi/pdf/Karya%20ilmiah.pdf
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/07/karya-ilmiah-dan-non-ilmiah.html

Senin, 21 Februari 2011

Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif adalah metode berpikir yang berpijak pada pengetahuan yang lebih umum untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.

Contoh:

Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

Jenis- jenis Penalaran Deduktif :

· Silogisme

Silogisme adalah proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi).

Silogisme terbagi atas 3, yaitu :

1. 1. Silogisme Kategorial

Adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.

· Premis umum : Premis Mayor (My)

· Premis khusus remis Minor (Mn)

· Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.

Kaedah- kaedah dalam silogisme kategorial adalah :

1. Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.

2. Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan

3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.

4. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.

5. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.

6. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.

7. Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus. Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.

Contoh :

Semua pahlawan adalah orang berjasa

Cut Nyak Dien adalah pahlawan

Cut Nyak Dien adalah orang berjasa

2. Silogisme Hipotesis

Adalah silogisme yang memiliki premis mayor berupa proposisi hipotetis (jika), sementara premis minor dan kesimpulannya berupa proposisi kategoris.

Menurut Parera (1991: 131) Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian dengan jika … konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi.

Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:

1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.

2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.

3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.

4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Kaedah- kaedah Silogisme Hipotetik

Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan 'kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen .engan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana

Contoh :

Premis Mayor: Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal

Premis Minor: Hujan tidak turun

Konklusi : Sebab itu panen akan gagal.

3. 3. Silogisme Alternatif

Adalah proporsi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan atau pilihan. Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi tergantung dari premis minornya.

Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:


la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus

Jadi, la bukan tidak lulus

Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:

Hasan di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi, di pasar

Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti iuas mempunyai dua tipe yaitu:

1. Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain.

2. Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain.

Kaedah-kaedah silogisme alternatif :

1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid

2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:

a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar)

Contoh :

Rifki menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut
Rifki menjadi guru atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru

b. Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah)

Contoh :

Penjahat itu lari ke Surabaya atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Surabaya. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Rifki menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa jadi ia seorang pedagang)

· Entimem

Adalah silogisme yang diperpendek.
Rumus Entimem : C = B, karena C = A
Contoh :
PU : Semua A=B : Asisten yang baik tidak pernah datang terlambat
PK : Dewi asisten yang baik
S : Dewi tidak pernah datang terlambat

Entimem : Dewi tidak pernah datang terlambat karena ia asisten yang baik.

Sumber :

http://wikipedia.com

http://google.com

http://wandykumis.wordpress.com

http://ekspresibelajar.blogspot.com

http://bundaarik.multiply.com

Kamis, 17 Februari 2011

PENALARAN

Pengertian Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Metode dalam penalaran terbagi 2 yaitu :

1. 1. Penalaran Induktif

2. 2. Penalaran Deduktif

Penalaran Induktif

Penalaran Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.

Menurut Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007 : 14) penalaran induktif adalah cara menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat khusus.

Menurut Suriasumantri (dalam Shofiah, 2007 :15) penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang berupa penarikan kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus. Artinya,dari fakta-fakta yang ada dapat ditarik suatu kesimpulan.
Kesimpulan umum yang diperoleh melalui suatu penalaran induktif ini bukan merupakan bukti. Hal tersebut dikarenakan aturan umum yang diperoleh dari pemeriksaan beberapa contoh khusus yang benar, belum tentu berlaku untuk semua kasus.

Jenis- jenis penalaran induktif :

· Generalisasi

Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamata atas sejumlah gejala(data) yang bersifat khusus, serupa,sejenis yang disusun secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum.

Contoh :

1. Susi Susanti adalah pemain bulu tangkis berskill tinggi

2. Alan Kusuma adalah pemain bulu tangkis berskill tinggi.

Generalisasi : Semua pemain bulu tangkis Indonesia berskill tinggi. Pernyataan “Semua pemain bulu tangkis Indonesia berskill tinggi” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.

Macam- macam Generalisasi :

Generalisasi sempurna/Tanpa loncatan induktif

Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.

Contoh:

Untuk menyelidiki bagaimana sifat-sifat orang Asing pada umumnya, diperlukan ratusan fenomena untuk menyimpulkannya.

Generalisasi tidak sempurna/Loncatan induktif

Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Namun fakta-fakta tersebut atau proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan.

Contoh:

Bila ahli-ahli filologi Eropa berdasarkan pengamatan mereka mengenai bahasa-bahasa Ido-German kemudian menarik suatu kesimpulan bahwa di dunia terdapat 3.000 bahasa.

· Analogi

Analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi dapat juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya, kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.

Contoh:

Adelina adalah lulusan kedokteran Universitas Indonesia.

Adelina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Fikri muchtar adalah lulusan kedokteran Universitas Indonesia.

Oleh sebab itu, Fikri Muchtar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut:

1) Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.

2) Analogi dilakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.

3) Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.

· Sebab Akibat (Kausal)

Kasual adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat.

Contoh :

Ketika pulang dari pasar, Ibu Aminah melihat tanah di halamannya becek, ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah. Dalam kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan yaitu hari hujan.

Tujuan kausal terdapat dalam Hubungan Kausal Dapat berlangsung dalam tiga pola:

a.Sebab-akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Di samping ini pola seperti ini juga dapat menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap suatu akibat yang nyata.

b.Akibat-sebab
Akibat sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupakan simpulan.

c.Akibat-akibat Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain.

Sumber :

http://id.google.com

http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran

http://hari.bukuoke.com/2010/12/penalaran-induktif/

http://kodog-gila.blogspot.com/2010/03/penalaran-induktif.html